Selasa, 26 Januari 2010

PQL Card

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persaingan global semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian lebih adalah aspek pendidikan. Dunia pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing yang wajar sesuai dengan kemampuan akdemik dan profesionalnya. Dapat dikatakan bahwa, pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi akan sangat menentukan bagi keberhasilan suatu bangsa dan negara untuk mencapai keunggulan bersaing secara terus menerus. Perguruan tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan memiliki peran strategis dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dalam persaingan global.
Di Indonesia, upaya dalam pembangunan pendidikan dilakukan di berbagai jenjang , mulai pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Semua jenjang ini diharapkan meraih fungsi dan tujuan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 (bab II pasal 3) fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia adalah: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun demikian harapan itu sepenuhnya belum tercapai, menurut global Competitifnes Report 2009/2010 yang antara lain menilai tingkat persaingan Global suatu negara dari kualitas pendidikan tingginya, Indonesia menempati peringkat ke-54 dari 133 negara. Yaitu di bawah Singapura (3), Malasyia (24), China (29), Thailand (36) serta India (49) (Hans, www.kompas.com diakses tanggal 8 Desember 2009). Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan tinggi merupakan salah satu pilar penting yang diharapkan dapat membawa perubahan suatu bangsa. Menurut Yudo Husodo, bahwa tahun 2005 anggaran belanja untuk PT di seluruh dunia mencapai 300 milliar dollar AS, atau 1% produk dunia; sedangakan Indonesia hanya 0,13% dari Product Domestic Brutto (PDB) . Tahun 2006 biaya yang disediakan untuk setiap mahasiswa di Amerika Serikat adalah Rp. 200 juta per tahun, jepang Rp.108 juta per tahun, Eropa Rp. 81 juta per tahun, sementara Indonesia hanya 6 juta per mahasiswa per tahun (Sumber: Yudo Husodo, http://www.kompas.com diakses tanggal 8 Desember 2009)
Salah satu hal yang menjadi penghambat dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia adalah rendahnya tingkat minat membaca dan menulis mahasiswa. Dua hal ini sangat berkaitan karena semakin tinggi minat membaca suatu masyarakat apalagi masyarakat intelektual seperti mahasiswa akan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan dan kekritisan berfikir yang pada akhirnya memunculkan motivasi dalam menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukkan bahwa minat membaca masyarakat secara umum adalah masih rendah yaitu sekitar 23,5%, lebih rendah daripada minat masyarakat dalam menonton TV(85,9%) dan mendengarkan radio (40,3%).
Selain motivasi yang muncul dari dalam diri mahasiswa akibat tingginya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis, perguruan tinggi juga memiliki andil besar dalam peningkatan motivasi mahasiswa berkarya ilmiah. Motivasi yang diberikan perguruan tinggi akan mendorong mahasiswa berlomba-lomba menghasilkan karya ilmiah sebanyak dan sebaik mungkin. Masing-masing perguruan tinggi memiliki cara tersendiri untuk memotivasi mahasiswanya, tergantung kondisi keilmiahan yang ada di lingkungan perguruan tinggi tersebut.
Memang telah ada beberapa perguruan tinggi yang mampu memberikan motivasi kepada mahasiswanya dalam berkarya ilmiah, dibuktikan dengan jumlah proposal PKM yang diajukan dan jumlah proposal yang diterima dan didanai Dikti. Contoh perguruan tinggi yang telah berhasil misalnya Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair) dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Namun demikian, masih banyak perguruan tinggi yang motivasi mahasiswanya dalam berkarya ilmiah masih sedang bahkan ada yang hingga masuk kategori rendah. Sebagai contoh Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2009 ini, jumlah proposal PKM yang diajukan mahasiswa adalah sebanyak 388 karya dari puluhan ribu mahasiswa yang masih aktif. Jika dianalogikan setiap satu proposal diajukan 4-5 mahasiswa, berarti hanya ada sekitar sepuluh persen mahasiswa yang menulis. Dari 388 proposal tersebut, yang lolos mendapatkan insentif dari Dikti adalah sebanyak 29 karya atau kurang dari sepuluh persennya
Beberapa penyebab rendahnya motivasi mahasiswa berkarya ilmiah adalah mahasiswa belum memiliki kesadaran akan pentingnya berkarya ilmiah, masih kurangnya perhatian beberapa pihak universitas untuk memotivasi mahasiswa berkarya ilmiah serta belum adanya instrumen yang dapat digunakan untuk menilai sekaligus memotivasi mahasiswa senantiasa berkarya. Dunia pendidikan tidak hanya dapat menjadi sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia secara kognitif, tetapi proses pembelajaran di kampus juga diharapkan menjadi wahana yang sangat penting untuk mengubah pola pikir (mind set) masyarakat dalam menuju terwujudnya masyarakat sipil (civil society) yang demokratis.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memotivasi mahasiswa dalam menghasilkan karya ilmiah adalah dengan membuat kartu berisi data hasil karya ilmiah mahasiswa yang diharapkan dapat memberi stimulus bagi mahasiswa lain untuk membuat karya tulis atau karya tulis lanjutan. Selain itu terdapat database point dari setiap karya tulis yang dihasilkan mahasiswa sebagai penghargaan dan dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam penjaringan mahasiswa berprestasi. Database dalam kartu tersebut dapat diakses secara online oleh mahasiswa.
Oleh karena itu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diambil judul “Paper Quality Level (PQL) Card untuk Meningkatkan Motivasi Mahasiswa UNESA Berkarya Ilmiah”. Diharapkan dengan adanya PQL Card dapat memotivasi mahasiswa untuk menunjukkan idealimenya dengan membuat karya ilmiah yang berkualitas.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan PQL Card ini adalah untuk mengetahui apakah PQL Card mampu memberikan kontribusi positif dan berperan sebagai instrumen untuk meningkatkan motivasi mahasiswa berkarya ilmiah sehingga perguruan tinggi yang minat mahasiswanya dalam menulis masih termasuk kategori rendah hingga sedang mampu meningkat menjadi berkategori tinggi, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia secara menyeluruh.
Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah PQL Card dapat memberikan sumbangan dalam aspek keilmuan yaitu bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya pada peningkatan kualitas sumber daya manusia tingkat perguruan tinggi, memberikan sumbangan pemikiran bagi civitas akademik atau tenaga pendidik dalam meningkatkan motivasi mahasiswa dalam berkarya, meningkatkan keterlibatan atau partisipasi aktif mahasiswa untuk menuangkan ide-idenya dalam karya tulis.

GAGASAN
Menulis adalah kegiatan yang sangat dekat dengan mahasiswa. Hasil dari kegiatan tersebut adalah bentuk karya tulis ilmiah. Membuat karya ilmiah, adalah kata yang tentunya tidak asing di telinga mahasiswa. Karya ilmiah berupa makalah, laporan penelitian, artikel ilmiah hingga skripsi adalah karya ilmiah yang sering dibuat mahasiswa, sebagai tugas akhir semester maupun syarat kelulusan seorang mahasiswa (Ridwan: 2009). Namun demikian, dengan seringnya mahasiswa membuat karya ilmiah, ternyata belum cukup untuk meningkatkan motivasi mahasiswa berkarya ilmiah baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya sehingga motivasi ekstrinsik masih diperlukan.
Jika dikaitkan dengan rumusan masalah yang penulis kemukakan yaitu mengenai pentingnya motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan motivasi mahasiswa berkarya ilmiah, maka penulis memiliki gagasan untuk mengembangkan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi mahasiswa berkarya ilmiah pada perguruan tinggi yang kualitas dan kuantitas mahasiswanya dalam berkarya ilmiah masih berada pada tingkat rendah sampai dengan tingkat sedang. Tinggi rendahnya motivasi berkarya ilmiah ini dapat dilihat dari jumlah proposal PKM yang diajukan dan jumlah proposal yang disetujui mendapat insentif dari Dikti. Instrumen ini berupa kartu dengan sistem barcode yang berisi database dan poin dari karya ilmiah yang pernah dihasilkan mahasiswa.
Sistem barcode memang bukan hal yang baru karena sistem barcode sering ditemukan misalnya pada produk makanan, obat, barang konsumer yang kita miliki, tiket pesawat, kartu mahasiswa, bahkan sampai di sampul surat yang kita terima (biasanya dari luar negeri) pun kita temui barcode.
Barcode pada dasarnya adalah susunan garis vertical hitam dan putih dengan ketebalan yang berbeda, sangat sederhana tetapi sangat berguna, dengan kegunaan untuk menyimpan data-data spesifik misalnya kode produksi, tanggal kadaluwarsa, nomor identitas dengan mudah dan murah, walaupun teknologi semacam itu terus berkembang dengan ditemukannya media magnetic, rfid, electronics tags, serial eeprom (seperti pada smart card), barcode terus bertahan dan masih memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yaitu ,yang paling utama, murah dan mudah, sebab media yang digunakan adalah kertas dan tinta, sedangkan untuk membaca barcode ada begitu banyak pilihan di pasaran dengan harga yang relatif murah mulai dari yang berbentuk pena(wand), slot, scanner, sampai ke CCD dan bahkan kita dapat membuatnya sendiri. Pada karya tulis ini, penulis menekankan fungsional instrumen untuk meningkatkan motivasi mahasiswa berkarya ilmiah.


Gambar1. Contoh gambar barcode code 39
Motivasi adalah satu komponen yang paling penting dari pembelajaran dan satu komponen yang paling sukar untuk diukur. Motivasi merupakan pengaruh kebutuhan dan keinginan pada intensitas dan arah perilaku (Nur, 2001). Motivasi dibagi menjadi dua yaitu 1) motivasi intrinsik dan 2) motivasi ekstrinsik. Satu aspek dari suatu kegiatan dimana orang yang terkait menikmatinya dan oleh karena itu dapat memberikan motivasi secara intrinsik. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat diperoleh dari ganjaran atau penghargaan dari kegiatan yang dilakukan. motivasi atau minat adalah hal yang sangat penting untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Motivasi terutama dalam dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menentukan tercapain atau tidaknya tujuan pendidikan (Azwar, 2000 di dalam Murniati 2004). Di dalam menulis, motivasi tentu saja sangat diperlukan. Motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri mahasiswa akan lebih efektif jika didukung adanya motivasi ekstrinsik. PQL card adalah salah satu motivasi ekstrinsik yang diberikan kepada mahasiswa untuk berkarya ilmiah.
PQL card merupakan kartu yang menggunakan sistem barcode. Kartu ini berisi database karya ilmiah yang pernah dibuat mahasiswa sejak awal masuk menjadi mahasiswa baru hingga yang bersangkutan telah lulus dari perguruan tinggi serta poin-poin yang telah diperoleh mahasiswa dari hasil karya ilmiah yang dihasilkan. Jumlah poin PQL Card digunakan sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh beasiswa, sehingga tidak ada lagi lasan bagi mahasiswa untuk bermalas-malasan atau bermain-main dalam membuat karya ilmiah. PQL Card ini juga dapat diakses secara online dan digunakan untuk memberikan stimulus bagi mahasis PQL Card berisi poin-poin yang apabila dianalisis dapat menggambarkan kualitas maupun kuantitas karya ilmiah yang dicapai mahasiswa. Semakin banyak dan semakin berkualitas karya ilmiah yang dibuat, berarti semakin banyak pula poin yang dikumpulkan.
Jumlah poin yang dikumpulkan mahasiswa ini dapat dijadikan salah satu prasyarat untuk memperoleh beasiswa atau menjadi syarat dalam kriteria pemilihan mahasiswa berprestasi. Jadi, ketika ada dua mahasiswa yang memiliki indeks prestasi kumulatif yang baik dan sama-sama aktif dalam organisasi, maka untuk melakukan seleksi terhadap kedua mahasiswa tersebut, baik dalam memperoleh beasiswa maupun pemilihan mahasiswa berprestasi, maka diperiksa pula PQL Card masing-masing. Mahasiswa yang memiliki poin PQL Card lebih tinggi adalah mahasiswa yang lolos dalam seleksi. Selama ini, di Unesa misalnya karya ilmiah memang menjadi prasyarat untuk mendapatkan beasiswa, tetapi kewajiban ini dikumpulkan setelah mereka dinyatakan lolos seleksi IPK, keaktifan organisasi dan ketidakmampuan ekonomi serta terdaftar sebagai penerima beasiswa sehingga banhyak mahasiswa yang memperoleh beasiswa seringkali asal-asalan dalam membuat karya ilmiah. Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah memenuhi prasyarat dan kewajiban dari pihak universitas sehingga mereka memperoleh beasiswa. Dengan adanya PQL Card, maka mahasiswa akan berlomba-lomba untuk meningkatkan karya ilmiah yang mereka hasilkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas agar poin yang mereka kumpulkan semakin tinggi sehingga mereka berkesempatan lebih besar untuk memperoleh beasiswa atau menjadi mahasiswa berprestasi. Mahasiswa lain dapat mengakses judul karya ilmiah yang telah dibuat mahasiswa lain secara online. Namun demikian untuk melindungi karya ilmiah milik mahasiswa, maka mahasiswa lain hanya dapat mengakses judul karya ilmiah yang dibuat mahasiswa lain, sedangkan jika mereka menginginkan abstrak atau ringkasan karya ilmiah tersebut, maka mahasiswa harus membayar sejumlah harga dengan terlebih dulu dengan seizin pemilik karya ilmiah yang bersangkutan.
PQL Card memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
a. biayanya lebih murah karena memanfaatkan barcode,
b. dapat mempermudah mahasiswa dalam mengakses data karya ilmiah karena database yang tersimpan dapat diakses secara online,
c. dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa untuk berkarya ilmiah karena data poin prestasi karya ilmiah yang dihasilkan telah tersimpan di dalamnya yang dapat digunakan sebagai prasyarat memperoleh beasiswa sehingga mau tidak mau mahasiswa akan berlomba-lomba untuk membuat karya ilmiah dengan jumlah dan kualitas yang lebih baik agar memperoleh poin yang lebih tinggi.
Untuk mendukung tercapainya tujuan ini, maka diperlukan adanya kerjasama dengan pihak universitas baik dengan mahasiswa, bagian kemahasiswaan, lembaga penelitian dan seluruh civitas akademika yang berada di lingkungan perguruan tinggi dalam hal pengimplementasian gagasan ini. Mahasiswa menjadi subjek sekaligus objek dalam implementasi gagasan ini. Mahasiswa menjadi objek yang akan merasakan dampak dari adanya PQL card di perguruan tinggi. Mahasiswa menjadi subjek yang berperan aktif dalam mendukung ketercapaian keberhasilan implementasi gagasan diadakannya PQL card. Bagian kemahasiswaan memiliki peran untuk membantu mensosialisasikan PQL card kepada mahasiswa, sedangkan lembaga penelitian berperan dalam membantu memberikan poin bagi karya ilmiah mahasiswa yang masuk dalam database. Tanpa dukungan dari berbagai pihak tersebut, tidak mungkin tujuan dari gagasan yang dibuat dapat dicapai.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilaksanakan untuk mengimplementasikan PQL card agar tujuan yang diinginkan dapat segera tercapai meliputi beberapa hal yaitu:
1) Mengajukan proposal yang memuat desain maupun keunggulan dari PQL card kepada perguruan tinggi untuk memperoleh persetujuan dari pihak perguruan tinggi dan juga kepada pihak yang berwenang menangani pendidikan tinggi seperti Depdiknas, dikti dan lain sebagainya
2) Memberikan penguatan saat melakukian presentasi bahwa instrumen ini memang perlu digunakan pada perguruan tinggi yang kualitas berkarya ilmiah mahasiswanya masih rendah sampai sedang
3) Membuat desain PQL card setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak yang memang ahli mengenai masalah ini berkaitan dengan sistem barecode seperti apa yang digunakan dan bagaimana agar database yang digunakan dapat diakses secara online oleh mahasiswa
3) Jika proposal telah disetujui, maka perlu adanya sosialisasi kepada mahasiswa mengenai PQL card, baik fungsi maupun cara kerjanya
KESIMPULAN
PQL card merupakan kartu yang menggunakan sistem barcode. Kartu ini berisi database karya ilmiah yang pernah dibuat mahasiswa sejak awal masuk menjadi mahasiswa baru hingga yang bersangkutan telah lulus dari perguruan tinggi serta poin-poin yang telah diperoleh mahasiswa dari hasil karya ilmiah yang dihasilkan. PQL card digunakan sebagai instrumen untuk memberikan motivasi ekstrinsik kepada mahasiswa agar meningkatkan kualitas dan kuantitas karya ilmiahnya.
Adapun teknik implementasi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Melakukan pendataan identitas mahasiswa yang meliputi nama, nomor registrasi, dan studi yang diambil ;
2) Membuat desain PQL card dengan memakai sistem barcode
3) Mensosialisasikan kepada mahasiswa mengenai penggunaan PQL card serta fungsi adanya PQL card. Sosialisasi dilakukan melalui pengumuman pada bagian informasi, poster, spanduk dan juga pamflet
4) Bekerjasama dengan lembaga penelitian berkaitan dengan pemberian poin pada setiap karya ilmiah yang disetorkan mahasiswa
5) Mulai melakukan pendataan dan penskoran judul karya ilmiah yang disetorkan mahasiswa. Tidak semua judul karya ilmiah yang disetorkan mahasiswa dapat diterima dan memperoleh poin sehingga pihak lemlit maupun unit kegiatan ilmiah mahasiswa perlu melakukan kerja keras untuk menyeleksi karya ilmiah yang didaftarkan mahasiswa. Contoh teknik penskoran yang digunakan adalah untuk karya ilmiah yang mendapat juara di tingkat regional, maka poin yang diperoleh adalah sebanyak tiga poin, sedangkan karya ilmiah yang lolos tingkat nasional memperoleh lima poin. Untuk karya ilmiah yang belum lolos namun layak untuk dipublikasikan mendapatkan satu poin.
6) Menjumlahkan total poin PQL card yang diperoleh mahasiswa sebagai salah satu prasyarat dalam memperoleh beasiswa selain IPK dan penghasilan orang tua
Berdasarkan masalah dan gagasan yang penulis kemukakan, penulis memprediksi bahwa PQL card akan mampu meningkatkan motivasi mahasiswa berkarya ilmiah, karena dengan adanya sistem poin dalam PQL card yang digunakan sebagai salah satu prasyarat memperoleh beasiswa akan menyebabkan mahasiswa berlomba-lomba untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas karya ilmiah yang mereka hasilkan sehingga akan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan beasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Hans. Pendidikan Indonesia Tertinggal Jauh www.kompas.com diakses tanggal 8 Desember 2009.
Manzilatusifa, Uus. 2009. Pemberian Motivasi Guru Dalam Pembelajaran. SkripsiJurnal online (http://educare.e-fkipunla.net). Bandung: Universitas Langlangbuna
Nur, Muhammad. 2001. Motivasi Pembelajaran. Surabaya: UNESA Press
Ridwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung Alfabeta
Sudianto, Barnabas Untung. Skripsi: Mahasiswa Suka Memfotokopinya. Buletin Jaringan Perpustakanan APTIK Volume II nomor 1 Oktober 2006
Suyanto (2007). Mobilitas Horizontal Bagi Guru Bermutu. Journal. Inovasi Pendidikan
Tim. 2005. Renstra UNESA
Undang-Undang RI. 2003. Sistem Pendidikan Nasional
Yudo Husodo, Siswono http://www.kompas.com diakses tanggal 8 Desember 2009)

LAMPIRAN









Gambar anatomi barcode








Gambar contoh kartu siswa dengan sistem barcode

PEMBERDAYAAN POTENSI TUNA RUNGU PADA SLB KARYA MULIA WONOKROMO SURABAYA MELALUI PEMBEKALAN UMSIKACU (USAHA MANDIRI KREASI KAIN BELACU)

Disusun oleh: Fithri Amaliyah, Hidayah N.R, Trisakti Ningrum, dan Anditya S.M.
Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Sebagai bagian dari masyarakat, komunitas tuna rungu layak untuk mendapatkan kesempatan kerja. Salah satu komunitas tuna rungu yaitu siswa kelas 3 SMLB yang akan lulus dari sekolah dan siap terjun ke masyarakat. Namun, dengan kekurangan yang dimiliki dan tanpa keahlian tertentu, membuat mereka sulit untuk diterima di dunia usaha. Oleh sebab itu, suatu program pemberdayaan potensi sangat diperlukan untuk menggali bakat, minat, dan keahlian tertentu. Salah satunya, dalam bidang ketrampilan yakni kreasi kain belacu. Bidang penjahitan merupakan ketrampilan yang cukup sesuai dengan kondisi fisik tuna rungu. Program ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan usaha mandiri kreasi kain belacu (UMSIKACU) yang tersusun atas tahap motivation training, tahap pengenalan aktivitas kerja, tahap pelatihan keterampilan, tahap produktivitas kerja, dan tahap pembekalan entrepreneurship dan komunikasi efektif, serta tahap kemandirian. Melalui program ini, diharapkan tuna rungu mampu mengaktualisasikan potensi diri terutama dalam bidang penjahitan secara mandiri dalam bentuk ”UMSIKACU”. Dari hasil pelaksanaan progam beserta analisisnya, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tuna rungu memiliki potensi besar dalam bidang jahit-menjahit sebagai upaya memperoleh kesempatan kerja. Progam pembekalan UMSIKACU merupakan salah satu metode pemberdayaan alternativ dalam rangka menggali dan mengoptimalkan potensi tuna rungu tersebut.
Key Words : pengangguran, umsikacu, pemberdayaan potensi, tuna rungu.